Terima
Kasih Guru
Guru
adalah pekerjaan yang sangat mulia. Bayangkan kalau di dunia tidak makhluk yang
bernama guru maka yang namanya presiden, dokter, atau apalah pasti juga tidak
ada. Ya semua orang butuh yang namanya guru bahkan orang yang tidak sekolahpun
butuh yang namanya guru sekalipun mungkin dalan konteks yang berbeda.
Guru
juga selalu berusaha menjadi orangtua untuk anak-anaknya di sekolah, bukan
hanya 1 atau 2 orang tapi puluhan, ratusan bahkan ribuan. Itulah yang kadang
menimbulkan pertanyaan di benakku “kapan aku bisa seperti itu” Memberikan
pengabdian yang tulus bagi setiap anak didik.
Dari
sosok yang bernama “GURU” pula kami belajar banyak hal. Seperti kejadian
kemarin kalau bukan karena guru maka kami mungkin tak akan bangkit dari sikap
yang disebut masa bodoh.
Jadi
ceritanya bermula dari kami yang membuat kegaduhan di kelas, yang akhirnya
menghantarkan kami pada hukuman. Mungkin sudah sekitar 10 guru yang setiap
menginjakkan kakinya ke kelas kami pasti
selalu meninggalkan nasihat. Baik saat pelajaran di mulai atau saat pelajaran
sedang berlangsung.
Seperti
pagi kemarin saat guru mengajar. Ada saja yang menjadi bahan pembicaraan
murid-murid yang mungkin dapat dikatakan kurang penting dan tak harus
mengucapkan kata wow kalau kita mendengarnya. Yang jelas pentingan proklamasi
kemerdekaan deh dari pada dengar ini.
“ssssttt
serius amat dengarnya.” Ucap Bayu sambil sedikit tertawa
“bisa
diam tidak, Ibu guru lagi menjelaskan di depan tuh.” Kataku
“
iya nih jangan sampai di bilang tukang jual obat lagi kamu.” Sambung Della
Sekilas
seperti itulah saat ibu guru memberikan penjelasan ada saja keributan-keributan
kecil yang sesungguhnya kalau dibiarkan lama-lama menjadi kegaduhan yang super
wow. Untungnya masih ada sebagian yang mendengarkan walau mungkin lagi beberapa
diantaranya hanya mendengarnya di telinga kiri dan keluar di telinga kanan.
Tapi
mungkin bukan namanya guru kalau tidak memberi nasihat atau teguran. Kadang
kala suasana kelas akan lebih dari suasana di PaRis alias Pasar Inpres atau keramaian
JerMan alias Jendral Sudirman kalau lagi
dipenuhi oleh kendaraan.
Saat
pelajaran terus berlanjut ke pelajaran berikutnya satu atau dua kata keluar
lagi dari bibir murid-murid.
“yah pelajaran ini lagi membosankan.”
Kata Anne
“iya
mana gurunya galak lagi.”sambung Bayu
Kadang
aku heran kok sampai segitunya, walau mungkin aku juga kadang kala merasa bosan
tapi jangan dong kebosananya menjadi alasan untuk mencari kegiatan lain yang
berada di dalam jam pelajaran kan kasihan juga bapak/ibu guru.
“sst
jangan bicar seperti itu.” Kataku
“iya
Bay bukan gurunya yang galak. Kalau galak tidak mungkin dia mau jadi guru atau
bisa jadi guru, itu kan tergantung kita masing-masing bagaimana kita
mengkomunikasikan diri kita dengan ibu/pak guru.” Sambung Dinda
“iya
jangan guru yang menjadi alasan kalian bosan belajar, yah paling tidak kita
harus cukup tenang dan berusaha membuat suasana menjadi nyaman.” Tambah Della
Tapi
seperti biasa kalau kita mengingatkan malah dikatakan sok
jagoan,mentang-mentang inilah blablabla. Yah namanya remaja mungkin seperti
itulah. Tapi tanpa kami sadari mungkin frekuenzi yang terlalu tinggi atau cepat
rambat gelombang suara yang terlalu besar ternyata perbincangan kami sampai ke
telinga ibu guru.
“ada
apa ini?? Kok sampai berdebat, ada yang kurang dimengerti??” Kata ibu guru
“tidak
kok bu,, kami malahan tidak punya pertanyaan soalnya, apa yang ibu jelaskan
sudah sempurna.” Kata Bayu
“
yah Bayu mulai deh” kataku
Seperti
itulah kadang kala ceritanya lain lagi kalau sudah ditanya sama Ibu Guru. Kalau
ini sih istilah kerennya “sok tahu”. Kami sadar kalau sebenarnya guru itu sudah
memahami sifat kami tapi mungkin hanya ingin sekedar menguji kejujuran saja. Dan seperti yang aku katakan sebelum lonceng
berbunyi atau pertemuan diakhiri pasti sebelumnya ada pesan dulu.
“anak-anak
tetap semangat ya belajarnya jangan terlalu banyak bermain saya tahu kalian
berbakat untuk berkomedi tapi mungkin bukan disini tempat dan bukan saat ini
waktunya.” Ucap Ibu
“baik
Ibu guru.”
Saat
istirahat berlanjut maka semua berhamburan keluar kelas. Dan tak jarang ada
yang nongkrong di depan kelas dengan niat yang sebenarnya untuk menghibur.
Namun mungkin mengusik orang lain akhirnya menjadi masalah lagi.
“
hey bro, kita ganggu adik kelas yang lewat yuukk.” Ajak Anne
“ok
siiip deh.”
Sampai
akhirnya ada seorang adik kelas yang melapor ke pak guru sampai kami mendapat
teguran yang tentunya tidak manis.
“apa-apaan
ini apa kalian pikir karena kalian kakak kelas makanya mau berlaku seenaknya ke
adik kelas??’
“tiiiidddaaakkk
pak.” Jawab Igo dengan gugup
“kalau
begitu kalian lebih baik pergi ke perpustakaan dari pada buat ulah disini.”
Selesai
di tegur bukan berarti langsung sadar, palingan ya dengarnya begitu-begitu
saja. Nah kalo gini nambah dosa lagi. Tapi sosok yang bernama guru itu
benar-benar baik, kalau saja pak guru tidak sayang pada kami mungkin pak guru
tidak akan menasihati kami.
Saat
bel tanda masuk berbunyi kami pun berbondong-bondong seperti semut masuk ke
kelas hanya saja mungkin semut lebih rapi berbarisnya masuk ke kelas. Kebetulan
saat itu guru lagi tidak ada.
“
inilah yang kita sebut merdeka.” Kata Tommi
“merdeka
apaan, justru rugi kali kalau gurunya tidak masuk.”ucap Della
“ahhh
biariiinnnn…yang penting hepii cihuiii” tambah Bayu
“Loh
bagaimana kalau kita belajar kelompok saja, kan Ibu wali kelas tadi bilang
begitu, kan masih banyak juga yang kita kurang pahami ingat 20 paket soal loh.”
Kata Dinda
“aah
Din,,,din kamu aja yang belajar biar tambah pintar.” Sambung Anne
Akhirnya
keributan terus berlanjut, mungkin sekitar 30 menit kelas kami sudah menjadi
pusat keributan di sekolah.
Dan
pada akhirnya kami mendapat hadiah yang sangat istimewa.
“karena
kalian sudah sangat keterlaluan,,, maka kalian harus dihukum.”
“haa?????”
Kejadiannya
begini barulah satu kelas kaget.
“kalian
harus mencuci semua WC di sekolah ini sampai bersih, kalau belum bersih maka
kalian tidak boleh masuk ke kelasa kembali,,,mengerti!!!”
Kali
ini kelihatannya pak guru benar-benar marah. Ya mau apalagi saat itu kami
langsung menuju ke WC. Untungnya ada ibu wali kelas yang menemani kami dalam
nasib yang bisa dibilang malang ini. Setelah itu kami kembali ke kelas.
“nah
anak-anak bagaimana hadiahnya ??”
“
Bu kami minta maaf ya bu!” kataku
“
iya bu,, sebenarnya kalau saja kami sering
mendengar ucapan ibu pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.” Sambung
Bayu
Yah
seperti itulah kata-kata yang terlontar dari kami, wajah-wajah yang sudah
sangat lelah. Kalau mau dibilang kapok mungkin belum secara keseluruhan, tapi
setidaknya semua mau mengakui kesalahan dan berjanji untuk tidak mengulang
lagi.
“
anak-anak dengar ibu, kalian tidak perlu minta maaf, kalian jangan pernah
saling menyalahkan. Ibu hanya ingin kalian menjadi anak-anak yang kelak dapat
berguna bagi semua orang. Ingat bahwa kalian adalah harapan orangtua,jangan
menyerah, tetap belajar,belajar dan terus belajar. Kalian ingat apa yang selalu
ibu katakan jangan berhenti belajar apapun itu, dan tidak pernah ada kata tua
untuk belajar.” Kata ibu guru
“huuuuu
co cweeettt” ucap dinda
“Dinda!!!!”
satu kelas meneriakinya
“hehehehehe
peace yo.” Kata dinda sambil tersenyum
Ya
setidaknya yang lain sudah mau sadar. Dan waktunya berucap
“Terima
kasih guru, kalau bukan karena guru kita takkan menjadi orang berguna, kita
mungkin tak dapat berubah. Dan perlu diingat guru itu bisa siapa saja ada juga
yang mengatakan kalau kita perlu menjadi guru bagi diri sendiri, terima kasih
guru tak bosan menegurku selalu menjadi terang dalam kegelapan”
Comments
Post a Comment