Stop Comparing Your Life



Foto : doc pribadi (sok candid)

Sejak masuk kuliah lagi setelah libur lebaran, rasanya teman-teman yang lain sudah pada bergerak sana-sini buat ngurusin bachelor thesis-nya. Sempat kepikiran dan bilang ke diri sendiri kalau aku sudah tertinggal. Beberapa hari setelah itu hingga akhirnya aku sadar sebenarnya tidak ada yang perlu aku khawatirkan. Semua bakal selesai, itu yang ada dipiranku. Toh, selama ini juga mau buru-buru mengerjakan sesuatu atau lebih woles, ujung-ujung selesai juga. I don’t say, you don’t need to work ASAP, but at least kita bisa kasih kesempatan untuk diri kita berpikir lebih rileks. Kan kalau sesuatu dipaksakan hasilnya pasti tidak akan optimal.
Banyak kejadian sih, dimana suatu waktu kita berada pada titik “suka membandingkan diri kita dengan orang lain”. Setelah aku pikir-pikir memang manusia itu tidak akan ada puasnya, dan buat aku manusia akan merasakan yang namanya benar-benar bahagia kalau sudah memahami dan tahu caranya bersyukur. As long as, you always complain and always compare your life, you will never feel the true happiness.
Ada juga nih, kan sekarang dijaman teknologi dimana hampir semua orang di bumi ini punya akun sosial media. Kalau teman di sebelah sudah upload ini itu, pasti kita bakal mengeluarkan komentar (yap, that’s why kolom komentar ada Nes hehe). Entah dia cuma teman di dunia maya atau teman di dunia nyata kita akan mulai berkomentar dari ujung rambut sampai ujung kaki (setahu aku itu lagu deh).  Pokoknya itulah, suka sekali berkomentar sama penampilan orang. Kita tidak pernah sadar atau memposisikan diri kita sebagai orang itu.
Kembali ke poin utama, kan kalau di sosial media banyak orang yang gaya selfienya sambil senyum gitu. Ada juga yang kelihatannya fashionable atau bahkan ada yang kayaknya punya bakat jadi model. Pernah tidak kita berpikir, kalau semua itu bisa saja palsu. Namanya juga dunia maya (dunia di saat orang mau makan wajib doa eh salah wajib foto maksudnya). Kan aneh juga kalau dia harus upload foto saat dia lagi belum sisiran, foto saat dia galau (meskipun beberapa netizen teridentifikasi melakukan hal ini). Kita sering menganggap hidup orang lain lebih beruntung daripada hidup kita.
Aku lahir dari keluarga yang sederhana, tapi buat aku Tuhan sudah memberikan porsi buat kita masing-masing. Tidak usah berlebihan mengagung-agungkan hidup orang lain dan menganggap hidup kita yang terburuk. Kalau mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau, yakin kita juga bisa coy. Aku ingat slogan mentor aku di Sekolah TOEFL “Let’s break the limits”. Jadi, jangan pernah jadikan keterbatasan untuk menghalangi langkah kita. Kesekian kalinya aku mau bilang coy, aku tidak sedikitpun bermaksud menggurui. Itu keputusan kalian untuk mengubah mindset atau tidak.
Intinya, banggalah sama diri kamu sendiri. kalau lagi suka-sukanya bandingkan diri dengan hidup orang, ingat banyak orang yang memimpikan hidup seperti kamu. Tetap bermanfaat buat orang lain dan stay cool.
Silahkan poskan saran dan kritik yang membangun di kolom komentar.


Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Mantap Agnes.. kunjungi blogku jg yah 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah makasih ya Bulqies sdh mau mampir 😉 Yap, pasti says kunjungi blogmu 😉 blog kesehatan dan islaminya kece.

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Sometimes life can be so unfair. Feeling lost. Feeling like nothing. Feeling small, down.

    Sometimes the thought of "why me?" lingering there, on mind. Kenapa aku? Tpi makin lama difikirkn, makin berat jdinya. So? Should we just pretend like nothing happen? Should we just run?

    What do u think kak?

    ReplyDelete
  5. Well i think, we can't said that as a pretense. We called it "struggle". Every human have their own problem, they are not pretend but they try to solve all those problems by do anything that give them a happiness. That's why, even though they have many problems but they still grateful for their life.

    ReplyDelete

Post a Comment