Semester 9, Kok Bisa?




Finally, bisa nyuri waktu buat nulis lagi. Bukan karena jadwalnya padat, tapi aku rasa aku belum wise aja dalam menggunakan waktu yang memang sering diselingi dengan mengecek medsos. Itulah yang terjadi ketika netizen ketergantungan hahaha. Pada kesempatan ini aku bakal bahas sedikit soal mahasiswa semester 9. What? Semester 9, kok bisa? Jujur saja, kalian yang semester 9 pasti pernah ketemu orang yang pas nanya-nanya soal level kamu di uni dan dengan shy shy cat kamu terpaksa jawab kalau kamu semester 9.
Aku kepikiran membahas soal hal ini karena menurut aku ada beberapa hal yang perlu dilurusin nih. Banyak pendapat yang miring soal mahasiswa semester 9, untung belum tumbang hahaha. Entah itu dirasa gagal karena tidak lulus tepat waktu (red yang biasanya selesai dalam kurun waktu 4 tahun) maupun pendapat soal faktor “kemalasan”. Tanpa bermaksud menyinggung siapapun, aku hanya ingin berbagi cerita saja. Kebetulan ada beberapa pengalaman aku dan teman-teman soal semester 9.
Coy : “Nes, sekarang semester berapa?”
Kece:“Semester 3”
Coy  :“Loh kok bisa?”
Kece :“Iya sebenarnya sih semester 9, tapi aku kan kelas transfer/ekstensi dari D3 ke S1. Jadi Aku MaBa dong di S1 (sah-sah aja kalau aku bilang aku semester 3) wkwkk”
Coy  :“Oalah, gitu yah? Sampe 9 semester gitu gimana ceritanya?”
Kece :“Iya  jadi sistemnya sudah dipaket 1,5 tahun. So, hitunglah ada 9 semester yang wajib dilewati”
Nah, begitulah sekilas yang ingin aku gambarkan. Ada beberapa alasan seorang mahasiswa bisa sampai semester 9. Yuk  simak alasan-alasannya:
1.       Mahasiswa transfer/ekstensi
Seperti isi percakapan di atas begitulah nasib mahasiswa transfer. Dikarenakan sistem yang berjalan mewajibkan mahasiswa untuk memenuhi SKS dalam kurun waktu 1,5-2 tahun, makanya mahasiswa transfer bakal mengecap manisnya menjadi mahasiswa semester 9. Secara pribadi sih aku merasa hal ini tidak begitu masalah mengingat start aku memang dari D3. Sejauh ini yang aku tahu tidak ada sistem akselerasi untuk mahasiswa transfer. Anyway, selama menyandang status mahasiswa transfer sering banget kita dipanggil kakak sama mahasiswa yang sebenarnya seangkatan dengan kita yang jalurnya reguler (non transfer). Aku sih tidak heran, soalnya beberapa mahasiswa transfer sudah kerja gitu. Jadi mereka manggilnya sama rata aja, walaupun kita  freshgraduate gitu hehe.
2.       Cuti karena alasan sakit
Kalau ini sih labelnya bukan semester 9. Dari total semester yang dilewati mungkin emang ada 9 semester. Hanya saja sebutannya tetap sesuai semester yang dia ambil saat itu. Nah, ini yang aku mau bilang seseorang yang sampai tahap ini mungkin saja bukan karena faktor malas, jadi jangan langsung judge orang ya. Siapa tahu, dalam kurun waktu yang ditargetkan untuk menyelesaikan S1-nya, dia sakit jadi harus cuti dulu.
3.       Cuti karena masalah ekonomi
Kalian tahu sendirikan, kalau di Uni kita bakal diminta untuk cut kalau telat pembayaran SPP. Biasanya banyak juga nih yang akan sampai pada tahap semester 9 (red bukan label sebenarnya). Selain itu, mungkin aja dia mampu secara ekonomi tapi dia harus mengerjakan beberapa project. Misalkan project dari scholarship yang dia jalani gitu. Jadi jangan terlalu meng-underestimate mahasiswa semester 9 lah.
4.       Mahasiswa teknik
Kalau alasan ini sih cukup banyak aku dengar dari teman-teman aku sendiri yang ada di jurusan teknik entah itu teknik sipil, teknik elektro, teknik pertambangan, dsb. Kebanyakan bilang gitu, kalau mahasiswa teknik jarang ada yang wisuda dalam kurun waktu 4 tahun. Apakah ada yang lulus hanya sampai di semester 8? Ada kok, banyak juga nih yang sampai tahap ini. Aku kurang ngerti sih sistem yang berjalan di teknik gimana, tapi aku pernah tanya ke teman aku yang menurutku aku “pintar dan rajin”. Dia bilang kalau teknik itu memang rada sulit buat selesai dalam 4 tahun. Makanya banyak dari mereka yang  sampai semester 9. Kalau penasaran, coba kalian tanya saja ke teman-teman kalian yang masuk jurusan teknik.


Semoga kalian ngerti dengan status kami anak semester 9 haha. Aku jadi ingat pesan kak Gita “kuliah itu dibanding pengen cepat-cepat, mending nikmati prosesnya nanti  yang ada kita tidak  dapat esensinya kuliah padahal banyak yang bisa kita dapatkan daripada ijazahnya. Jangan tekan diri sendiri, apresiasilah diri sendiri. take things slower”. Kalau menurut aku sih tidak ada salahnya jika kita bisa menyelesaikan kuliah lebih cepat dan aku merasa itu adalah prestasi yang luar biasa. Di sisi lain, aku juga pengen bilang ke teman-temanku yang sudah sampai di level semester 9 nih. Tetap semangat jangan langsung down karena teman-teman kita sudah lulus duluan. No body knows gimana masa depan kita nantinya. Nikmati kuliahnya, belajar yang lebih banyak lagi mau itu dari kampus atau dari life lesson yang tidak semua orang bisa merasakannya. Tidak usah dengar kanan kiri yang sebenarnya cuma buat stress dan tidak membangun. Ingat lagunya Noah, “Tak Ada yang Abadi” hehehe. Mahasiswa juga begitu, tak ada mahasiswa yang abadi.
   Oke sampai sini dulu coretannya. Jangan lupa kritik dan saran langsung saja ditambahkan ke kolom komentar ya^^


Comments