Curhat



Curhat
 
Image : twitter.com


Sebenarnya ide menulis tentang topik ini karena beberapa hari yang lalu aku sempat chatting sama teman dan sempat “diledekin….ouch” kalau aku curhat mulu di blog. Aku pun sempat mengatakan siapa yang curhat? Setelah beberapa hari kemudian aku pikir-pikir kalau pun dibilang curhat ya sebenarnya tidak masalah sih, toh itulah kenyataannya. Aku berusaha mencurahkan apa yang aku pikirkan ke dalam tulisan-tulisan di blog ini. Pendapatku tentang lingkungan, tentang seseorang bahkan tentang diri sendiri.
Alasan kenapa aku melakukan itu simple saja. Aku sebenarnya memang senang ngobrol dengan orang hanya saja terkadang dibanding banyak cerita aku lebih memilih banyak mendengarkan, kalau ngobrol dengan orang monoton banget kan kalau topiknya aku yang nentuin? Lagian ketemu orang yang pengen ngobrol di satu topik yang kita inginkan itu buat aku masih rada suka ditemui. Aku suka berdiskusi tentang apa saja yang memberi positive impact intinya ngocehnya tidak yang kosong-kosong amat. Bukan soal hal-hal serius saja sih. Berhubung aku juga suka nulis ya sah-sah saja sih kalau jatuhnya curhat di blog.
Aku suka merasa takut kalau di setiap ocehan ini akan menyinggung beberapa orang. Jadi, aku berusaha untuk seobyektif mungkin menilai sesuatu dari 2 pandangan yang berbeda. Jelas saja, biar semuanya balance meskipun kadang susah buat menyeimbangkan 2 pendapat hehe.
Oh iya ngobrolin soal curhat. Aku juga pengen bilang sih di masa-masa seperti sekarang pasti banyak juga nih teman-teman yang bingung sebenarnya hidup kita mau dibawa ke mana. “mau dibawa kemana hubungan kita?” (bacanya sambil nyanyi). Eh no, bukan itu yang aku maksud. Kalau yang sudah seriusan sama si doi silahkan dah ngomongin itu, aku sih belum kepikiran wkwkwk.
Jujur saja, masa-masa ini sulit sekali memilih siapa yang pantas? *ah salah ngomong mulu hehe. Maksudnya sulit untuk menentukan arah dan tujuan hidup. Bagi sebagian orang ini memang gampang tapi buat aku ini gampang-gampang susah. Berhubung kisahku dengan kakak kece Gita Savitri nyaris sama nih (atau aku aja yang nyama-nyamain) tapi bener aku merasakan hal yang beberapa tahun lalu Kak Gita rasakan. Emang benar sih hidup itu harus bermanfaat bagi orang lain. Nah, karena alasan ini aku sudah bisa mengintip sedikit bayangan-bayangan tujuan hidup yang sebenarnya.
Berbicara mengenai membantu orang lain. Sebaik-baiknya manusia pasti masih ada sisi egonya. Buat aku banyak hal yang tidak mudah kita terima. Berusaha menjadi orang yang lebih baik dari hari kemarin emang gampang-gampang susah juga sih. Tapi aku yakin berdoa dan sabar adalah kuncinya.
Teringat quotes dari “Kinetik Short Movie” yang berbunyi “untuk apa saja yang kita dapatkan di dunia ini rasanya 10 jari yang ada tidak cukup untuk menghitungnya, tapi menghitung apa saja yang kita berikan untuk dunia ini rasanya 1 jari pun belum tentu ada”. Yah makin baper deh, rasanya useless saja kalau di dunia ini hanya mentingin diri sendiri. ah semoga bukan cuma pikiranku yang begini semoga kelakuan juga sejalan. Aku juga sadar buat orang-orang yang belum sempat aku bantuin apalagi yang benar-benar butuh bantuan aku, atau aku yang bicaranya suka ceplas-ceplos ini aku minta maaf banget. Aku masih berusaha memperbaiki diri. Maaf kalau kalian tersinggung.
Sudah sekian dulu sesi curhatnya, sampai ketemu di tulisan-tulisan berikutnya.

Comments