Berwisata ke Taman Batu - Sulawesi Selatan



            Halo kawan-kawan semoga masih betah ya baca-baca artikel di blog ini. Oh iya kali ini pembahasannya mengenai “Taman Batu”, kenapa kita mau membahas taman batu? Simple saja soalnya taman bunga sudah terlalu mainstream (bercanda deng). Taman batu yang aku maksud di sini yakni taman prasejarah yang ada di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Namanya “Leang-Leang” Leang itu artinya gua ya. Nah, kalau masyarakat Kota Makassar dan sekitarnya sih sudah tidak asing lagi dengan dengan tempat wisata yang satu ini, tapi buat anak rantau seperti kami tempat wisata ini memang baru terdengar. Kalian yang belum sempat ke sini atau sudah pernah mengunjungi Leang-Leang tulisan ini bisa jadi informasi atau sekadar bernostalgia ya.
Beberapa minggu yang lalu kami berangkat ke Leang-Leang untuk berwisata sambil kuliah. Iya, kuliah tentang budaya hidup orang-orang di jaman prasejarah. You know, how excited we are hahaha, apa lagi sudah lama tidak refresh otak. Hari itu memang semua bersemangat. Kami berangkat sekitar pukul 09.30 menggunakan bus dari daerah Daya, Kota Makassar. Sebenarnya perjalanan yang akan ditempuh tidak terlalu jauh, tapi baru jalan 30 menit aku menoleh ke kanan dan kiri eh sudah banyak yang tepar haha. Aku dan yang lain masih asik mendengarkan beberapa lagu yang diputar sambil sesekali nyanyi kalau kebetulan tahu lagunya. Sepanjang perjalanan sebenarnya aku juga pengen tidur, tapi karena suguhan pemandangan yang indah,  rasanya mataku menolak untuk tidur.

Dok pribadi : jembatan yang dilewati dalam perjalanan menuju Leang-Leang
            Perjalanan yang ditempuh sekitar 1,5 – 2 jam ini dengan menggunakan bus ya. Kalau dengan motor mungkin akan lebih cepat. Terus kemarin pas berangkat itu busnya sempat singgah jadinya sampai ke lokasi agak lama. Oh iya untuk sampai ke lokasi wisata cukup mudah karena akses transportasi ke sana cukup gampang dan terjangkau. Kalian bisa menyewa mobil, naik taksi, naik kendaraan pribadi, naik ojek juga boleh, yang tidak bisa cuma naik pesawat dan kapal hehe.
            Sampai di Leang-Leang, sebenarnya mau langsung touring, tapi karena kami semua sudah kelaparan ya sudah semua berpencar mencari tempat berteduh dan menyantap makan siangnya. Sekadar informasi untuk bisa masuk ke lokasi wisata ini, kita bisa membayar uang pemeliharaan tempat wisata berkisar dari Rp. 5000 – Rp. 10.000,-. Oke lanjut lagi ceritanya, sebenarnya di sana tersedia beberapa tempat beristirahat bagi pengunjung tidak jauh dari tempat tersebut ada beberapa rumah adat dan mushola juga. Waktu di sana sih aku lihat pengunjung bebas makan di mana saja yang penting setelah itu sisa makanan dan bungkusan makanan dibuang di tempat sampah yang sudah disediakan.
            Tadi kan aku bilang kita mau berwisata ke taman batu. Benar saja pas baru sampai di gerbang itu hamparan batu langsung menyambut. Tak sabar rasanya ingin menjelajahi tempat ini, apalagi setelah ini akan ada tour dalam gua. Siang itu benar-benar terik tapi kulihat wajah-wajah teman-temanku sepertinya terik matahari kalah dengan semangat kami untuk menjelajahi tempat ini.
            Perjalanan pertama di mulai dari arah gerbang menyusuri hamparan batu yang unik. Apa dulu di sini hujan batu ya? Kok batu-batunya banyak bener. Batu-batunya beda loh jadi bukan kayak bebatuan di jalanan atau di sungai. Batu-batunya besar tinggi badanku mah kalah jauh hahaha. Jalanannya juga sudah disediakan jadi pengunjung akan lebih nyaman untuk berjalan kaki. Bukan berarti kalian tidak bisa berswafoto di hamparan batu ya. Masih bebas kok memijakkan kaki di rumputan yang menghijau itu.
Dok pribadi : Ini nih sebagian taman batunya
            Setelah melewati taman batu selanjutnya kami melewati jembatan kecil tampak dari kejauhan beberapa murid sekolah dasar sedang melaksanakan kegiatan pramuka di sana. Nah, dari jembatan itu kita dibagi menjadi 2 rombongan. Soalnya di situ ada 2 jalur. Jalur pertama (kiri), menuju ke arah Leang Petta Kere nah kalau jalur kedua (kanan) itu menuju ke arah Leang Pettae. Aku memilih jalur pertama, soalnya jalanannya agak unik.
            Sampai di depan Leang Pettae, pengunjung akan langsung diberikan penjelasan mengenai sejarah di leang/gua ini. Kami cukup tertarik soalnya ini belajar sejarah juga ya. Berwisata sambil belajar, yap itulah tujuan kami ke sini. Berdasarkan penjelasan petugas di sana dan yang aku baca di papan informasi gua-gua di sini diteliti oleh Van Heekeren dan Miss Heeren Palm pada tahun 1950. Di gua ini dulu hidup manusia dengan ras mongoloid, ras yang khas dengan warna kulit yang kuning. Nah, diperkirakan mereka hidup di sini 5000 SM.
            Ada yang unik loh di gua ini, kalian akan diperlihatkan gambar telapak tangan dan tanduk rusa. Masih menurut penjelasan petugas, telapak tangan tersebut memiliki makna tersendiri. Kalau gambar tangan tersebut terlihat jarinya berkurang maka artinya 1 anggota keluarga ada yang meninggal. Jadi makna dari telapak tangan tersebut adalah kedukaan. Nah kalau tanduk rusa babi itu maknanya dahulu di sini manusia-manusia prasejarah berburu babi rusa untuk dijadikan sebagai makanan.
Dok pribadi : jalan masuk ke dalam gua
             Waktunya menyusuri gua, tapi sebelumnya kami harus menyusuri puluhan anak tangga. Sampai di atas, kami bebas masuk ke dalam gua. Permasalahannya adalah yang namanya gua pasti gelap, jadi kalau teman-teman ke sini paling tidak teman-teman bawa handphone atau senter agar membantu penerangan. Guanya tidak begitu luas, jalan dari arah depan gua kita harus merunduk karena akan melewati bagian gua yang sempit. Sampai di bagian inti gua di sini kita bisa mengambil gambar. Luas daerah inti gua sekitar 4 x 6 m, ini perkiraan aku ya. Terus tanahnya juga bergelombang. Tidak begitu banyak stalaktit maupun stalakmit di sini. Usai berfoto-foto kami pun langsung menuju ke gua yang kedua.
Dok pribadi : pemandangan dari dalam gua
Dok pribadi : pemandangan di dalam gua
            Nama gua kedua yakni Leang Pettae, sayangnya kami tidak diijinkan untuk masuk. Jadinya karena lelah menyusuri gua kami pun bersantai sambil menikmati udara segar. Banyak juga yang masih semangat berfoto-foto di taman batu. Rasanya perjalanan kali ini bernar-benar berfaedah. Tidak hanya berwisata tapi kami juga belajar.
            Sudah dulu ya, jangan lupa bagikan cerita tentang tempat wisata di tempat kalian juga ya biar #GramediaHolidaySeason makin ramai. Lebih dari itu paling tidak kita sudah cukup mendukung kemajuan parawisata Indonesia yang kece ini. Sampai ketemu di tulisan berikutnya. 
Dok pribadi : ini nih bagian dari taman batunya, batunya gede-de kan?


Comments

  1. Salah satu wisata yang sangat rekomended. smg bisa kesana....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah makasih banyak Mas Adi atas kunjungannya ke blog sederhana ini 😊 semangat berkarya.

      Delete

Post a Comment