Jelas
bukan puisi yang akan aku lontarkan. Aku
sedang mengingat-ingat kejadian yang sejak tadi pagi menemaniku menunggu jadwal
praktikum. Celotehan beberapa mahasiswa yang juga menunggu kelas yang terasa
lebih lama untuk dimulai. Aku sedang terduduk di sini, mencoba melahap kata
demi kata buku yang aku pinjam dari kakakku beberapa bulan yang lalu. Bukan
karena tak selera membaca buku ini. Aku sungguh tertarik terlebih karena bahasa
yang digunakan adalah bahasa inggris. Jadi, aku bisa sekalian menabung kosakata
yang benar-benar minus dalam otakku. Ya, seperti itulah karena bahasanya, makanya
aku lebih lamban dari kura-kura yang sedang berlomba dengan kelinci.
Satu
lagi kejujuran yang ingin kukatakan padamu. Aku benar-benar suntuk. Malam yang
kulalui terasa singkat. Tak cukup rasanya waktu yang kugunakan menikmati
indahnya pulau kapuk. Padahal semalam
aku tak berselancar di media sosial, hiburan yang kubesar-besarkan lantaran
kamar kecil itu tak memiliki layar televisi. Kubaca kata demi kata, mulai
kutulis dalam selembar kertas kata yang baru kutemukan. Memang tak gampang
kuingat bahasa orang yang akan kujadikan bahasa sehari-hariku kelak. Hanya saja
aku bukanlah orang yang akan menyerah meskipun orang bilang air tidak dapat menyatu
dengan minyak. Siapa bilang? Kemarin dosenku bilang minyak dan air bisa
menyatu. Kau penasaran? Masuklah jurusan farmasi aku dan teman-temanku akan
mengajarimu caranya hehehe.
Sembari
memaksa lembaran yang enggan diganti beralih, sesekali telingaku begitu
tertarik mendengarkan celotehan sekelompok mahasiswa yang ada di depanku ini.
Apa itu perlu kuceritakan padamu? Oke, baiklah aku mengerti harus kuceritakan
bukan. Bacalah baik-baik.
Selama
mereka berceloteh aku cukup senang dengan cara mereka yang nampak menyembunyikan
kebosanan dan capek karena semalaman begadang mengerjakan tugas. Malahan ada
yang membuat teman-temannya tertawa karena jawaban-jawabannya yang konyol.
Simak sepenggal percakapan mereka. Sebut saja namanya Mawar dan Melati.
“Mawar, kau sudah
dapat literatur untuk praktikum hari ini?” tanya Melati yang sudah agak panik
“Ais, tak usahlah kau
pusing. Kalau tak masuk amanlah kita cuma alpa di satu praktikum saja”
“Bagaimana kalau
praktikum berikutnya kau tak masuk juga”
“Hei, dengar sejenak,
tahun depan itu kau masih bisa ikut semua praktikum dari awal” Jawab
“Alamak, maksudmu,
mengulang lagi? Habislah uangku”
Otakku semakin enggan diajak
kompromi, 10 kata yang kutulis dilembaran warna-warni ini tak membuatnya mudah
diserap. Lagi kudengar celotehan mereka soal artis-artis tanah air yang tidak
ada habisnya dibahas. Aku mencoba mendengarkan meski aku tak begitu tertarik.
Ya, memang benar aku tak tertarik tapi ada hal yang membuatku memasang telinga
baik-baik. Ini mengenai pendapat mereka tentang pasangan sang artis.
Membandingkan sang mantan dan calon suami. Ada yang pro dan ada yang kontra.
Jelas sekali terlihat kalau masih banyak orang yang memandang orang lain hanya
karena penampilan. Menilai sifat orang dari luarannya. “Ah si dia brewokan,
pasti dia tak baik” padahal belum tentu benar adanya.
Mondar-mandir di depanku seorang
cewek yang sibuk dengan jualannya. Aku tersipu melihat tingkahnya yang begitu
bersemangat. Entahlah, apa karena jualannya yang begitu banyak terjual atau
memang semangatnya yang tak terkalahkan. Yang jelas yang kulihat di sinilah
sedikit perbedaan antara mahasiswa tingkat 2 dan tingkat yang nyaris usai.
Memang kenyataannya sudah berada di masa-masa kejenuhan maka semangat pun
nyaris pupus.
Tak pelik bila tampang mereka
(mahasiswa tingkat akhir) yang sedang berada di depanku ini begitu lesuh. Ya,
aku sekarang sedang mengawasi mereka untuk praktikum kimia. Kesekian kalinya
aku tersenyum, membayangkan tentang aku ditahun sebelumnya. Masa-masa yang
meletihkan kala itu. Wajah pucat yang ada dihadapanku ini mungkin tak cukup
puas dengan makan siangnya atau hanya karena gincu pemerah bibir yang sudah
memudar. Entahlah, sesekali mereka mengkerutkan wajah. Mengusap dahi memikirkan
lembaran kosong yang belum terisi. Percayalah, aku juga pernah berada di posisi
itu.
Cerita hari ini cukup memuaskan
untuk aku pelajari. Buat kalian yang membacanya siapapun. Tetap semangat
berjuang demi mimpi-mimpi kita. Selesaikan apa yang sudah dimulai. Sosok yang
sudah setengah baya itu sudah menunggu waktu tali toga akan dipindahkan.
Comments
Post a Comment