https://www.pexels.com |
Saat benar-benar stuck dengan apa
yang aku hadapi, yang aku lakukan hanya berdoa atau membaca, kadang
lompat-lompat kayak apa yah?. Hehehe itulah pokoknya. Apa yang aku baca? Aku
membaca beberapa kalimat motivasi atau baris demi baris tulisan motivator. Mungkin
beberapa orang menganggap kalau membaca kata-kata motivasi atau blog motivator
hanya sebuah kesia-siaan. Masing-masing orang berbeda-beda begitupun dengan
aku. Ada semangat yang baru tiap kali membaca, rasanya kembali sembuh. Pikiran benar-benar
terobati. Aku benar-benar merasa sangat bersyukur karena sangat merasakan bahwa
Tuhan tidak pernah meninggalkan aku, begitupun dengan kamu yang sedang membaca
ini. Benar, semua masalah pasti akan dan selalu ada jalan keluarnya. Malah
kadang merasa malu juga sama Tuhan karena masih sering bolong-bolong berdoa.
Kenapa juga tiba-tiba mau
membicarakan ini, berhubung tadi baca artikel Kak Gita soal kesederhanaan jadi
sadar juga ternyata Kak Gita yang segitu terkenalnya lagi dan lagi mampu
menginfluence pikiranku. Seorang influencer yang selalu mengingatkan kalau apa
yang kita lihat di sosial media tidak sama dengan realnya. Oke mari bahas ini
dulu, Instagram, media sosial yang saat ini sangat-sangat booming menjadi wadah
buat orang-orang berekspresi utamanya soal foto dan video. Kadang kita melihat
kehidupan orang lain entah itu teman atau artis-artis yang tampaknya segitu
nyaman bahkan mewah, hanya dengan melihat apa yang dipost. Padahal kita tahu kalo
banyak orang hanya menampilkan apa yang loveable di media sosial. Entah itu
mengedit foto biar kelihatan bagus, entah mengambil foto di tempat-tempat
keren.
Kita tahu itu, tapi kadang memang
kita tidak benar-benar sadar untuk paling tidak mengingatkan diri sendiri kalau
itu dunia maya. Ini sudah pernah aku bahas sebelumnya sih, ya emang benar tidak
mungkin orang menampilkan konten saat dia lagi sedih karena tidak bisa makan
misalnya atau karena ada masalah besar dalam keluarganya. Mungkin ada juga tapi
tidak sebanyak orang-orang yang menawarkan konten bahagianya. Sama juga kayak
aku, hal-hal yang aku posting di media sosial biasanya seputar
kegiatan-kegiatan yang aku ikuti atau momen yang aku anggap penting dan
kelihatannya banyak bahagianya. Padahal aku yang sejak SD merantau ini juga
punya banyak kisah yang tidak semuanya bahagia. Intinya satu jangan menilai
sesuatu hanya dari 1 sisi yang kita lihat.
Kembali soal jadi diri sendiri,
masih relate sama artikel yang kubaca. Jadi semalam, aku dan Imah sedang
membuka catatan keuanganku yang kebetulan masuk dalam pengeluaran tahun 2018. Penting
bagiku untuk sekadar menuliskan pengeluaran dalam sehari. Ini sudah aku lakukan
selama kuliah dulu. Alasannya biar uang itu kelihatan ke mana saja dan paling
penting aku bisa mengontrol pengeluaran. Aku benar-benar sadar betapa kedua
orangtuaku bersusah payah cari duit. Aku yang masih butuh bantuan finansial
dari orangtua harus pintar-pintar mengatur keuangan bahkan uang parkir 1000 –
2000 rupiahpun aku catat.
Dari buku catatan keuangan
tersebut aku juga bisa memastikan kalau aku selama ini tidak menggunakan uang
untuk berfoya-foya. Paling tidak kalau aku belum bisa ngasih sekian rupiah ke
orangtua, aku memastikan kalau uang mereka buat hal-hal yang penting. Untuk
mengatasi masalah makanan tiap harinya, aku termasuk anak kos yang rajin masak.
Sebelum pergi ke kampus atau pas pulang dan ada yang mau aku tumpangi motornya,
aku pasti ke pasar dengan setumpuk buku di tas dan masih pakai baju kuliah
melawan lapar terus berjalan di atas beceknya pasar tradisional. Lagi, aku
lakukan itu karena merasa sayang sekali kalau harus mengeluarkan banyak duit
per hari untuk beli makanan di warung.
Beruntung juga pas masih aktif
kuliah temanku Lena, berbaik hati memberikan tumpangan ke aku untuk pulang
pergi ke kampus. Segitu baiknya Tuhan sama aku (dan juga kamu). Biasanya aku
hanya perlu gantian untuk bayar uang bensin sama Lena. Itupun kalau pas pulang
kuliah Lena ke Pom Bensin, kalau ndak ya berarti aku merasa berhutang budi lagi
sama Lena karena dia lagi yang bayar bensinnya. Entah kenapa tapi jari jemari
terlalu semangat menuliskan semua ini. Just so you know, aku yang merasa
baik-baik saja sekarang juga melewati banyak hal dalam hidup. Aku tidak merasa
malu menceritakan semua ini malah aku
bersyukur orangtuaku mengajarkan aku banyak hal dalam hidup terutama bijak
dalam menggunakan duit.
Kalau uang yang aku cari sendiri
juga seperti itu. Masih sebijak saat aku menggunakan duit dari orangtua. Lebih
baik duitnya aku pakai untuk investasi di hal-hal penting. Jarang duitnya aku
pakai hanya untuk sekadar nongkrong di café untuk membayar minuman 30-an ribu
misalnya atau jalan ke mall sekadar nyari pakaian. Biasanya kalau ada ajakan
keluar aku masih mikir panjang kalau menunya bisa kubeli di pedagang kaki lima
di dekat kos. Asli, anak kos banget dah.
Eh one more, jangan tanya ke mana liburan atau weekendku karena baca buku dan nonton YouTube saja sudah senang hehehe. Kelak saat aku punya banyak duit (eh makasih sudah mendoakan ehhe), paling tidak aku punya pengalaman yang bakal aku jadikan pedoman
untuk menggunakan duit seperlunya. Aku harus ingat ini semua. Ingat saja saat
berfoya-foya, ada orang yang tidak makan, sampe ada orang yang pergi memungut makanan
buat ngisi perutnya. Bersyukur dan jangan pernah malu jadi diri sendiri.
Punya sesuatu yang ingin
disampaikan? Silahkan masukkan di kolom komentar di bawah ini yah. Makasih
sudah membaca sampai akhir.
Comments
Post a Comment