Ospek, Senior Tidak Pernah Bersalah?




Foto : blogdetik.com
Senang ya, kalau masih SMA pengennya cepat-cepat lulus. Ada yang mau melanjutkan kuliah, pengen buka usaha, mau pulang kampung bantu-bantu orangtua, ada juga yang pengen segera meresmikan hubungannya a.k.a menikah dan tidak akan ketinggalan mau melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi. Ya apapun pilihannya tergantung masing-masing orang dan setiap orang punya alasan kenapa harus memilih hal-hal tertentu.
Kali ini aku akan membahas mengenai teman-teman yang mau melanjutkan ke perguruan tinggi. Asiikk, ciee yang MaBa hehe, siap-siap ospek lagi deh. Kemarin di SMA jadi senior sekarang junior lagi. Menyoroti kata junior dan senior menurut aku istilah tersebut wajar dan itu lazim sih digunakan. Permasalahannya adalah  sikap senioritas yang diagung-agungkan. Nah, soal ini aku sudah pernah bahas juga di media online Icampus Indonesia yang mau baca berikut linknya
http://icampusindonesia.com/2017/03/12/senioritas-di-kampus-masih-wajarkah/
Okay, berlanjut soal senior dan junior. Kalau lagi ospek, kan biasanya masing-masing perguruan tinggi punya istilah masing-masing soal ini kalau aku di Poltekkes dulu istilahnya PPSM. Nah, ospek kan harusnya lebih ke arah gimana caranya senior memperkenalkan dunia kampus kepada junior, atau memberi  kesempatan junior agar mampu beradaptasi dengan tempat barunya. Sayangnya banyak yang masih diwarnai dengan hal-hal buruk. Sesuatu yang belum jelas dan masih sering kupertanyakan adalah kenapa senior harus berlaga sok berkuasa, seakan-akan paling benar. Pasti sering dengar kan? Senior tidak pernah bersalah? Ah masak iya? Aku kurang ngerti soal cara ini yang katanya biar junior paham soal kampuslah atau alasan yang paling mainstream itu karena dulu kita juga mendapatkan perlakuan yang sama dari senior seperti ini.
Waktu SMP dulu aku juga pernah sih jadi panitia MOS dan aku mengakui kalau saat itu aku juga membuat kesalahan, tapi tenang mindsetnya sudah berubah hehe. Menurutku hal yang baik tentu akan jadi lebih kece kalau dipertahankan. Tapi hal-hal buruk masak dilestarikan? Mungkin belum kapok juga ya soal kasus-kasus di Indonesia yang sering banget booming karena seseorang bahkan beberapa orang yang luka-luka, ada juga yang tewas akibat kelakuan seniornya.
Kita tidak bisa memberi perlakuan yang sama kepada semua junior. Mungkin yang senior tak sadar memberi hukuman kepada mahasiswa baru yang ada riwayat penyakit parah. Mungkin tidak pernah muncul dibenak senior kalau menyiksa orang lain juga melanggar HAM. Kasihan kan, juniornya jauh-jauh dari orangtua di kampung datang ke kota buat menuntut ilmu eh malah di siksa sama senior. Sama ini juga, jangan suka bully orang. Hebat benar ya kalau ada orang yang suka membully. Coba deh sekali-kali belajar posisikan diri coy. Kalau kalian jadi mereka gimana? Eh bukannya pernah jadi junior juga ya? Tahu kan rasanya, kalau tidak enak ya jangan dong orang lain jadi pelampiasan hehe.
Besok-besok ketemu junior, jangan dimarah-marahin lagi ya hehehe. Buat junior kalau besok disuruh sama senior pakai embel-embel ini itu tanyakan ya, apa gunanya? Misalkan kuncir rambut harus sejumlah tanggal lahir, pakai tas kresek, harus pakai papan nama yang besar hehe.
Ya sudah akhir kata ane mo bilang senior itu sudah seharusnya memberikan contoh yang baik kepada juniornya. Guys, kalau bukan kita yang memutuskan jembatan kekerasan di lingkup mahasiswa atau kalau bukan kita yang memulai dengan hal baik. Lantas, siapa lagi? Semoga di negara kita tercinta ini, makin banyak cara-cara ospek atau MOS yang seperti gambar pertama (luar negeri) bukan sebaliknya. Semangat.
Jangan lupa tinggalkan komentar kalian di bawah 👇

Comments