Kenapa belum kuliah lagi?


https://elearn.id
Hello, Merry Christmas.  Finally, I am here again (I thought this sentence always be my first in paragraph hehehe). Tak terasa sudah di penghujung tahun lagi dan blog ini sudah hampir berumur 4 tahun, sudah lama juga. Belum banyak perubahan besar tapi ane tetap bersyukur karena setidaknya akun ini tidak benar-benar karatan. I will do my best effort ofc for making this one more worthwhile. Kembali ke alasan dulu blog ini dibuat buat menyalurkan hobi saja dan sekiranya ada hal yang bermanfaat yang ane bisa bagikan ke orang lain. Se-sederhana itu saja harapanku, semoga ke depan lebih sering lagi menulis di sini.

Sebenarnya kemarin tulisan ini dipost tapi karena kemarin itu Hari Natal dan tidak sempat nulis. Sesungguhnya juga ane punya topik soal natal hanya saja topik ini lebih men-trigger otakku buat mikirin. Back to the main discussion, “Kenapa belum kuliah lagi?”. Ane bahas soal ini karena beberapa junior terus bertanya saat praktikum jadi dijawab di sini saja.

First of all, mungkin akan terdengar umum tapi that is the real answer. Ane punya keinginan untuk melanjutkan kuliah (kalau dikasi kesempatan sama Tuhan) itu tidak membebani lagi orang tua. Jadi kalau tidak dengan biaya sendiri ya beasiswa. Nah berhubung belum punya penghasilan yang cukup dan belum ada beasiswa juga makanya sekarang belum lanjut.
Sedikit cerita jadi setelah lulus kemarin itu andilau parah sampai kayak kehilangan kepercayaan diri. Sebelumnya ku pikir semua bakal berjalan dengan lancar, habis lulus aku bakal belajar mengembangkan skill bahasa inggris kemudian daftar beasiswa dan kuliah lagi. Plan kemarin itu maunya S2 saja dulu dibanding apoteker. Kenapa? Because I see myself lebih tertarik ke mengajar begitu. Sayangnya itu belum bisa terealisasi sampai saat ini ya karena itu tadi. Sampai aku bilang ke diri sendiri nah loh sekarang apa? Masak begini? Masak begitu? Terus-terus menyalahkan diri sendiri dan menilai diri sendiri terlalu kecil. Berasa berada di titik terbawah deh. Bayangkan saja saat ibaratnya kita tidak kuliah ataupun kerja terus sisi lain teman kita sudah kerja, kuliah, bahkan sudah nikah. To be honest, ane merasa ketinggal men. Itu di awal-awal saja sih sebenarnya.

Terus seperti itu sampai akhirnya aku sadar, ini tidak bisa seperti ini harus bisa tahu mana yang kita butuh. Nah ini yang menjadi alasan kedua. Setelah akhirnya mencoba memahami diri, akhirnya sadar juga. Selama ini cuma mau ikut-ikutan doang. Oh karena temanku sudah S2, sudah apoteker gajinya sudah segini. Mau jugalah seperti mereka. Mulai membandingkan diri dengan orang lain dan selalu merasa, “ah aku mah apa?”. Sakit beneran coy, cuma ane selalu berusaha menanggapi semuanya dengan positif saja. Pemikiran seperti itu yang ane bilang bandingin diri dan mulai ikut-ikutan. Sampai di titik ini ane merasa bahwa hidup orang itu beda-beda loh. Setiap orang punya tujuan hidup masing-masing. Kita tidak perlu memaksakan keadaan untuk menjadi sama seperti orang lain.

Akhirnya nih sekarang ane jadi lebih santai dengan hal-hal tersebut dan lebih memikirkan dengan baik apa sebenarnya yang pengen dilakuin. Bulan-bulan setelah lulus itu ane anggap sebagai pembelajaran dan ane cukup bahagia karena disela-sela dilema-dilema itu ane mengambil keputusan untuk mencoba berbagai hal baru. Hal-hal tersebut membentuk pikiran ane dan sebenarnya mengarahkan pandangan ke passion apa yang sebenarnya aku punya dan ke mana kaki ini akan melangkah.

Bicara soal passion itulah yang perlahan menghantarkan ane sampai lagi di pemikiran. Oh iya bener, aku harus tahu betul ini apa yang aku mau. No matter what people say, as long as you do it because you know that it is important then it is okay.  Ini yang jadi alasan ketiga, karena sekarang dipikiran itu masih ada niat cari beasiswa tapi aku rasa aku harus memprioritaskan mana dulu. Jadi sambil menambah kemampuan bahasa, aku fokus ke mencari penghasilan saja dulu. Kenapa? Karena tes bahasa inggris itu lumayan mahal untuk aku dan seperti yang aku bilang tadi aku tidak mau membebani orang tua lagi. Jadi solusinya cuma satu, kerja ngumpulin duit untuk persiapan ke depan baru tes lagi.

Setelah magang penelitian sama mahasiswa-mahasiswa Belanda kemarin aku juga menilai diri bahwa masih ada banyak hal yang perlu dikembangkan baik dari segi ilmunya maupun bahasanya. Jadi setidaknya kemarin itu kayak Tuhan memperlihatkan oh baru segini nih, harus belajar lagi. Nah, nanti S2nya dimana itu tergantung usaha sama apa yang dikasih Tuhan lagi. Soalnya menurutku S2 di dalam atau di luar itu tidak masalah tergantung dari kita belajarnya benar apa tidak? Toh uni di Indonesia juga banyak yang masuk ranking dunia. Lagi aku cuma tidak mau ikut-ikutan orang yang katanya “oh dia S2 di luar, keren”, “wah S2 di luar enak yah bisa jalan sana jalan sini (padahal kita tidak tahu struggle-nya orang di luar buat sekolah)”. NO, mengetahui prioritas lebih baik daripada ikut-ikutan dan kemakan omongan orang.  
 
Segitu saja dulu, makasih sudah baca. Jangan lupa sampaikan komentar atau pendapat kalian di kolom komentar di bawah yah. Makasih.

Comments

  1. Semangat ya...
    Sekarang Kami lg di tengah2 tanjakkan, memang capek jalannya, tapi pas sudh sampe puncak, pasti senang, krna pemandangannya bagus, dan puas krna berhasil taklukan tanjakkannya..
    (Hope u uderstand what I mean. LOL )

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you so much for your advice 😊 that means a lot.

      Delete

Post a Comment