Tidak Dapat Ditebak




 
Foto: U-report
Kira-kira kalimat apa lagi yang akan aku rangkai hari ini? Aku sudah tahu kau cukup lama menunggu ini bukan? Ditemani lagu-lagu favorit, aku di siang ini cukup bersemangat mengetik kata demi kata. Judulnya agak abstrak sebenarnya mau cerita tentang hidup yang tidak dapat ditebak. Siapa yang dapat menebaknya? Eh iya di tulisan ini pengen cerita-cerita random saja. 

Beberapa hari kemarin sebenarnya cukup disibukkan dengan skripsi. Ciee, bersyukurlah dong ya. Finally, sampai di titik ini tentu bukan langkah yang mudah. Banyak kisah yang sudah terlewati, dan tentu tidak terhitung berapa album jumlahnya.
Pas nih momennya bicara soal kisah, aku punya beberapa pengalaman yang sebenarnya beberapa hari yang lalu sudah tidak sabar meloncat ke toots keyboard. Pertama yang mau aku bahas itu tentang kebiasaan kita yang menilai orang seenaknya. Kita bahkan memberi standar tersendiri saat memberi penilaian, tidak salah memang tapi tidak berarti kalau tidak sesuai dengan pandangan kita maka semuanya salah, ya selalu salah. Kita bahkan menghabiskan banyak waktu hanya untuk membicarakan kekurangan orang lain. Lantas tidak pernah berpikir apa yang akan kita tanam itu yang akan kita tuai. Hari ini rajin mengulik perlaku orang lain, besok siapa yang tahu? Tidak dapat ditebak kan? Sekarang ini sih memang harus ku akui dunia makin kejam, benar-benar kejam. 

Sedikit cerita tentang kebiasaanku diskusi dengan orang lain, akhirnya aku berani mengatakan ini. Kita sebenarnya terlalu cepat menghunuskan pedang tanpa tahu itu musuh atau kawan. Mengucapkan kata tanpa paham kata yang cukup tajam itu membangkitkan atau membunuh. Aku berbicara seperti ini bukan berarti aku sudah cukup benar. Justru tulisan ini akan selalu jadi pengingat buatku. 

Entah sudah berapa kisah yang aku dengar, berapa banyak air mata yang jatuh karena perkataan kita yang menyakitkan. Yap, we never know about that since we didn’t know it clearly. Tanpa perlu menjelaskan panjang lebar sampai-sampai kau lompat-lompat membacanya  aku hanya ingin mengatakan jangan terlalu cepat membuat kesimpulan.
Panjangnya begini, kalau kamu melihat temanmu agak sombong, pelit, pemarah, pendiam (ingat ini penilaian mu belum tentu itu yang terjadi). Nah, pernahkan kita mencoba sekali saja bertanya mengapa bisa seperti itu? Mengapa berada dalam kondisi seperti itu? Mungkin kita juga tidak enak ingin menanyakannya langsung, kalau begitu harusnya kita tidak enak juga menceritakan apa yang kita tidak tahu kebenarannya.  

Sorry for being like this. Sedih saja sih sebenarnya, ini yang ku bilang kejam. Beberapa teman menceritakan kisahnya tentang betapa sakitnya dianggap buruk, betapa sakitnya tidak dihargai, bahkan orang lain seenaknya men-judge, tanpa benar-benar mengerti alasan mereka terlihat seperti itu. Kita bahkan tidak sadar sih, kalau kata-kata yang kejam yang kita mungkin keluarkan perlahan membunuh orang lain. Kita tidak pernah tahu berapa banyak waktu yang orang lain butuhkan demi menyembuhkan luka karena kata-kata kita, dan sebenarnya kan kita tahu juga, luka biar sudah sembuh tetap membekas, so just think again.

Hal yang tidak dapat ditebak lainnya adalah masa depan. Sering dong dengar kalimat, life is a mistery. Di akhir-akhir masa kuliah banyak mahasiswa termasuk aku yang dilanda krisis, habis S1 mau ke mana? Untuk teman-teman yang sudah punya rencana mau mengambil kuliah selanjutnya tapi untuk orang-orang seperti aku yang akan jadi job seeker pastinya galau dong ya? Apalagi setelah mendengar pengalaman pahit dari senior, makin menajdi-jadilah ketakutan itu.

Beberapa hari setelahnya aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan. Aku mulai belajar, ya benar hidup orang itu beda-beda. Lagi, aku membaca kalau sumber kebahagiaan bukan dari tempat kerja yang keren atau gaji yang tinggi. Kita bahagia karena kita mengerjakan apa yang menjadi passion kita. Perlahan kekhawatiran mengenai nantinya kerja dimana? Dapat salary yang cukup atau tidak? Hal-hal tersebut perlahan sirna. Bekerja dan berdoa, terlebih dalam bidang yang kita sukai akan menjadi sumber kebahagiaan.
Aku ingat benar, aku pernah bertanya ke salah satu dosen “Bu, apa yang membuat Ibu terus bersemangat mengajar meskipun kelihatannya lelah”. Lantas Ibu menjawab “Karena saya mengerjakan apa yang saya sukai”. Wah hebat benar. Aku mengangguk sesederhana itukah alasan beliau terus bersemangat setiap hari? Jadi ingat juga nih, kesan yang aku ambil dari film Black Panther, kalau harta dan jabatan itu bukanlah sumber kebahagiaan. Mau berkorban dan berjuang untu sebuah hal yang baik yang bermanfaat bukan cuma buat diri sendiri tetapi juga orang lain menjadi sumber kebahagiaan yang hakiki. 

Last, uang memang tidak bisa memberli kebahagiaan, tapi tak bisa dipungkiri untuk mencapai beberapa kebahagiaan kita bisa membeli sesuatu dengan uang.
Apa inti pembicaraan hari ini? Tidak dapat ditebak hehehe. Aku harap kita semua tetap saling menyemangati, saling peduli dan peka terhadap orang lain. Sejauh ini aku belajar menjadi orang yang open-minded dan aku jadi tahu alasan-alasan yang sebenarnya dibalik hal yang kita mungkin anggap buruk

Silahkan disimpulkan sendiri ya. Kalau punya rekomendasi tentang apa yang mau diopinikan, silahkan masukkan di kolom komentar di bawah ini.

Comments